Minggu, 24 Januari 2021

Senyum

 Pagi tadi aku pergi bersepeda seorang diri dengan perasaan galau, sedih, suntuk, gundah, gulana. Betapa tidak beliau lebih memilih untuk tidur lagi memeluk bantal dan HP kesayangannya. Akupun mulai  mengayuh sepedaku dengan kecewa, sesak dan sebal. Cuaca pagi itu mendung, sama seperti suasana hatiku. 

Aku mengayuh sepeda ke arah gedong damai, ada kebun sayur dan buah yang aku tuju disana. Namun sayang dikarenakan akses masuk yang banyak orang saat itu sehingga aku mengurungkan niatku untuk berkunjung ke kebun itu. Aku memutuskan untuk berkeliling komplek gedong damai saja. Selanjutnya aku melanjutkan ke arah lingkar selatan. 

Di perjalanan gowes kemaren akhirnya aku menemukan hotel yang selama ini naik daun di cilegon. Ya karena hotel ini menjadi tempat isolasi bagi para penyintas Covid-19. Hotel Trans Cilegon yang berada di daerah Kalitimbang tidak jauh dari Lingkar Selatan. 


Ternyata hotel yang selama ini aku pertanyakan dimana letaknya, akhirnya terjawab sudah. Dan lokasinya pun tidak jauh dari tempat tinggal kami. Semoga Pandemi ini cepat berakhir. Semoga siapapun yang berada disana dapat segera pulih dan sembuh kembali.

Suasana di luar hotel tertutup dan tampak sepi tidak ada orang yang tampak dari luar. Akupun tidak mampir tentu saja, hanya melihat sepintas sambil terus menggowes saja. Nice to know ajalah ya..

Aku melajukan sepeda ke arah lingkar selatan, dan masuk lagi di daerah ciberko dan masuk ke area perumnas. Aku berputar-putar berkeliling dan sampai di suatu tempat tepatnya rumah bedengan. Disana aku sangat terkesan dengan seorang anak kecil sekitar usia 9 tahun yang tengah menjemur pakaian. Dia tersenyum dengan manis dan tulus sekali ke aku. Sungguh aku terenyuh sekali melihatnya. Aku seperti mendapat pesan dari Allah melalui anak kecil yang tersenyum tulus kepadaku. Dengan kondisi dia yang seperti itu, dengan lingkungan rumah bedeng yang sempit, pakaian yang kumal, kulit yg eksotis dia masih bisa tersenyum. Seketika aku teringat ketika naya aku suruh menjemur pakaian juga hahaa..

Ya Allah terimakasih telah mengirimkan senyum itu di pagi hariku yang mendung. Alhamdulillah dengan senyuman itu aku kembali bersyukur untuk hidupku sampai dengan saat ini. Meski pahit, sakit namun secara dzahir kondisiku jauh lebih patut untuk disyukuri. 

Maka nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan wahai diri..


Wahai diri tersenyumlah. Berbahagialah..

Sederhanakanlah Bahagiamu...

Happy is yours.. Tersenyumlah sayang.. La Tahzan Innallaha ma'ana


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ibu Profesional

Game Level 1 : Komunikasi Produktif#2