Minggu, 25 Desember 2016

Memanah n berkuda di pamulang

Pamulang equestrian center
Pamulang Barat, Pamulang
Kota Tangsel
Buka : selasa s.d minggu
Jam 08.00 s.d 17.00

Selasa, 22 November 2016

Hikmah Sakit

SAKIT YANG MEMBAWA NIKMAT DARI ALLAH TA’ALA
Publikasi: Selasa, 15 November 2016
SAKIT YANG MEMBAWA NIKMAT DARI ALLAH TA'ALABismillaah…

Saya dilahirkan di Jakarta, 11 Juli 1996. Saya terlahir dari keluarga Arab. Abi saya keturunan Arab…sementara Bunda saya berasal dari Yaman dan Turkey.

Alhamdulillah…saya lahir normal.

Saya bersekolah dari TK…SD…SMP…SMA di Al Azhar Pusat.

Tibalah musibah dan ujian dari Allah untuk saya.

Waktu kelas 5 SD…saya sering lemas…kalau capek. Kadang sampai membuat saya sesak nafas. Saya berobat juga di MMC.

Tapi Abi membawa saya berobat ke Singapore ke Mount Elizabeth Medical Center.

Setelah melalui beberapa kali test di laboratorium…dan saya juga dirawat disana…akhirnya Dr. Ronald Paul Ng…mendiagnosa penyakit saya…bahwasaya menderita POLISITEMIA VERA…Pengentalan Darah…sudah level 2.

Saya bingung melihat Abi menangis sambil memeluk saya.

Sejak saat itu…saya sering masuk dan keluar MMC. Karena saya sering lemas…sesak nafas. Gejalanya sama persis dengan Bunda.

Waktu berlalu dengan cepat.Di kelas 7 SMP…..saya drop. Lama saya dirawat di Mount Eli. Dan Dr. Ronald memvonis penyakit saya…yang sudah naik ke level 3…level tertinggi.

Saya sekarang menderita POLISITEMIA SEKUNDER.

Karena tulang sum sum saya terlalu banyak memproduksi butiran sel darah merah. Walaupun saya sudah minum obat Warfarin tiap hari…tapi tetap tak bisa dibendung.

Semua itu mengubah jalan hidup saya.

Saya merasa umur saya akan seperti Bunda rahimahallah. Bunda saya meninggal di usia muda…31 th. Sebelumnya sempat koma 3 bulan di Mount Eli.

Dan pada tgl 27 September 2002…hari Jumat jam 7.00 pagi waktu Singapore…Bunda saya dipanggil sama Allah…tanpa ada kata pesan apapun buat saya dan Abi.

Saya yang baru berumur 6 th waktu itu…hanya bisa menangis…menangis selama sebulan.

Sekarang semua kenangan itu terulang kembali di benak saya.

Akankah hidup saya seperti Bunda…meninggal di usia muda???

Saya mulai rajin belajar mengaji. Dari usia 3 th…saya sudah belajar shalat. Diusia 5 th…saya sudah mengaji Al Quran. Guru mengaji saya…ibu ustadzah

Khasanah Hamdani…beliau lulusan LIPIA.

Sampai akhirnya saya belajar menghafal beberapa surat yang ada di Al Quran. Seperti surat Al Kahfi…Ar Rahman…Yasin…Maryam…juz Amma…Al

Waqi’ah…Al Muzammil…dan beberapa surat bagus lainnya yang dipilih sana ibu Khasanah.

Sekarang saya sudah berusia 19 th. Saya masih menderita Polisitemia Sekunder.

Saya sudah 9x drop…dan semua dirawat di Mount Eli.

Saya masih bisa kuliah di Tehnik Bioproses UI…sekarang semester 7.

Allah masih memberi saya nafas.

Selama 3 th terakhir ini…Dr. Ronald memvonis saya…kalau sisa umur saya tinggal 5 – 8 th lagi.

Sejak itulah saya niat untuk mengafal Al Quran 30 juz.

Saya bilang ke guru mengaji saya…tentang niat saya ini. Dan beliau sangat mensupport saya…serta bersedia membimbing saya.

Mulailah saya menghafal juz 28. Alhamdulillah…juz 30 dan 29…saya sudah hafal.

Metode saya mengafal sangat simpel. 1 ayat diulang 20x.

Saya setoran ke guru mengaji tiap habis Maghrib sampai jam 20.00. Itu tiap hari. Kecuali hari Sabtu dan Minggu…saya mengaji dari jam 8.30 pagi sampai selesai shalat Dzuhur.

Sampai sekarang…Alhamdulillah…saya sudah menghafal 16 juz….selama 1,5 th lebih.

Saya merasa belum punya banyak amal yang bisa menjadi bekal buat saya kelak.

Saya hanya ingin membawa hafalan Quran saya untuk Allah.

Saya juga selalu puasa Senin Kamis…dari SMP. Dan shalat tahajjud juga dari SMP.

Dulu saya shalat tahajjud pakai weker. Saya shalat hanya 2 rakaat saja ditambah witir 3 rakaat…disambung dengan mengaji mulai dari 1 juz sampai bisa 3 juz.

Karena selalu Istiqomah…akhirnya Allah memberi banyak niat dalam hidup saya.

Tiap bangun untuk shalat tahajjud…tidak perlu weker lagi. Allah membangunkan saya selalu dengan cara yang sama. Saya selalu merasa ingin pipis di jam 02.00…

Akhirnya saya bangun dan berwudhu.

Kalau kita dekat sama Allah…banyak cara Allah memberi kita nikmat yang lebih besar lagi.

Sesakit apapun saya…entah lagi dirawat…atau terbaring dikamar dirumah saya…kalau untuk shalat tahajjud dan mengaji…entah kenapa…Allah memberi saya kekuatan. Saya kuat…dan bisa beribadah tiap malam. Rasa sakit itu hilang. Tapi begitu selesai shalat Subuh…saya lemas kembali.

Itulah yang membuat saya merasa…disayang Allah. Kesempatan beribadah untuk saya itu luas. Sehabis shalat sunnah dan shalat fardhu pun…saya bisa mengaji…minimal 1 juz. Dan Alhamdulillah…itu terjadi sampai detik ini. Saya masih bisa melakukannya dengan istiqomah.

Saya tidak menghitung tentang Khatam Quran nya saya. Saya juga tidak pakai target. Yang saya tahu…saya menghafal…shalat…mengaji…semua untuk Allah…mencari ridhaNya Allah.

Saya juga selalu berdoa…kalau Engkau memanggilku Ya Allah…jemputlah aku dalam keadaan sedang bersujud kepadamu…atau sedang melantunkan ayat-ayatMu Ya Allah.

Hanya ini doa saya.

Sekarang saya hanya memohon untuk diberi kesempatan bisa selesai menghafal Al Quran. Karena waktu saya belum tentu banyak…belum tentu panjang.

Kalau lagi drop…saya sesak nafas dan harus bernafas dengan bantuan Oksigen. Karena suplai darah ke otak berkurang
sehingga Oksigen pun berkurang drastis. Saya jadi sesak nafas.

Dirumah…dibeberapa ruangan ada tabung Oksigen yang dipersiapkan Abi untuk saya. Juga di mobil.

Sekarang saya sering therapy di Mount Eli tiap 1x sebulan. Therapy Radioaktif Fosfor P-32…untuk menurunkan produksi butiran sel darah merah saya. Juga untuk menurunkan level penyakit saya. Tapi Allah belum ridha untuk itu.

Saya masih di level 3. Mungkin kalau saya sembuh…Allah takut saya lalai dari shalat tahajjud…mengaji dan menghafal. Jadi Allah belum memberi kesembuhan buat saya.

Hanya nikmat beribadah saja yang masih tetap ada sampai saat ini.

Saya ikhlas dan ridha dengan apapun keputusan Allah untuk saya…apapun itu…sudah menjadi taqdir Allah untuk saya.

Saya juga ikhlas…tidak bisa menikah…karena penderita PS tidak bisa hamil.

Bunda rahimahallah…sebelum melahirkan saya…pernah keguguran 3x. Bunda bersaudara br10…dan semua meninggal di usia muda…karena Polisitemia Sekunder (PS).

Saya tidak pernah menyesali kenapa saya terlahir dari seorang ibu yang menderita PS. Itu sudah ketentuan Allah buat saya.

Allah memberi saya penyakit…Allah pula yang memberi saya amat banyak nikmat dalam hidup saya.

Saya mensyukuri semuanya. Saya ingin menjadi perempuan shalihah untuk Allah. Saya ingin menjadi anak perempuan yang bisa membuat Bunda rahimahallah dan Abi bangga dengan saya.

Walaupun saya anak tunggal…tapi saya tidak manja. Apa yang saya dapat dari Abi…itu hanya titipan. Allah kasih rezeki yang tidak putus-putusnya ke

Abi…untuk biaya berobat saya tiap kali saya sakit.

Semua itu Allah kasih sebagai bonus dari hafalan Quran…shalat tahajjud…dan mengajinya saya tiap hari.

Makin banyak kita beribadah pada Allah…makin sayang Allah pada kita…dan makin banyak nikmat yang Allah beri untuk kita dalam kehidupan ini.

Bagaimanapun keadaan dan kondisi kita…tetaplah ingat Allah di setiap tarikan nafas ini. Jangan berpaling dariNya.

Insya Allah…kita bisa mendapat ridhaNya Allah dan bisa masuk ke JannahNya Allah kelak…

Aamiin Allahumma Aamiin…

Semoga sharing kisah hidup saya ini bisa memberi motivasi untuk kita semua…bahwa Allah akan selalu sayang dan dekat dengan hambaNya…bila kita selalu istiqomah beribadah kepadaNya…baik dalam keadaan sehat maupun sakit.

Minggu 9 Robiu’ul Awal 1437 H / 20 Desember 2015 M. Menjelang waktu dhuha oleh A. Az-Zahra Basalamah…

Sahabat Radio Taman Hidayah, Terkadang kita lalai dan lupa akan TAMU yang selalu mengintai kita. Terkadang kita terlalu sibuk untuk sesuatu yang tidak berguna, terbuai oleh rayuan dunia yang fana dan kenikmatan yang sesaat dan melupakan kenikmatan yang abadi di dunia dan di akhirat. Sebenarnya hanya soal waktu, TAMU itu akan menjumpai setiap diri kita. Ya, dialah KEMATIAN.

Marilah kita mempersiapkan diri kita untuk TAMU tersebut. Semoga Allah memberikan keistiqomahan dan akhir yang baik dalam perjalanan hidup kita (Husnul Khatimah). Aamiin.

Sumber : sahabatmuslim01.blogspot.id/

Bagus buat motivasi

Minggu, 16 Oktober 2016

Mencari Sahabat

*Kordinat hari ini, 16 Muharrom 1437 H*

*Rumus Mudah Mencari Sahabat*

_Semoga tetap dalam kerendahan hati dan terus membersamai jiwa��_

إذا كنت في قوم عشرين رجلا أو أقل أو أكثر فتصفحت وجوههم فلم تر فيهم رجلا يهاب في الله عز وجل فاعلم أن الأمر قد رق

_"Jika engkau bersama dengan kumpulan 20 orang laki-laki atau lebih sedikit, atau lebih banyak, lalu kau perhatikan wajah-wajah mereka, ternyata tidak satu pun laki-laki itu yang membuat ditakuti karena Allah, maka ketahuilah itu adalah perkara yang begitu buruk."_

Musnad Ahmad No. 17679, Al Baihaqi dalam Syu'abul Iman No. 8657, 9077, Ath Thabarani dalam Musnad Asy Syamiyyin No. 1008. Imam Al Munawi mengatakan: "Isnadnya Ahmad Jayyid."

(Jaami'Al Ahadits No. 2742). Syaikh Al Albani mengatakan: hasan. (Shahih At Targhib wat Tarhib No. 104)

Sob, berteman dalam iman adalah bagian dari kenikmatan. Memiliki sahabat yang mengingatkan pada jalan jalan kebenaran adalah keindahan dalam perjalanan menuju keabadian.

Sesiapa yg berusaha mencari sahabat, maka seyogyanya menundukkan persepsinya pada pesan Rosul diatas, agar sekiranya waktu di dunianya sedikit, ia tidak membuang waktu untuk bertahan di dunia pertemanan dimana Alloh bukanlah tujuan.

Berkawan kerabatlah dengan siapapun, agar tiada batas hidayah dan nur islam menjangkau siapapun, tapi berkarib kerabatlah dengan mereka yg ketika engkau bersamanya, engkau menjadi orang orang yg dicinta Alloh.

Sebagai penutup, ingatlah akan pesan imam syafi'i dibawah :

Jika engkau punya teman yang selalu membantumu dalam rangka ketaatan
kepada Allah maka peganglah erat-erat dia, jangan pernah kau lepaskannya. Karena mencari teman baik  itu susah, tetapi melepaskannya sangat mudah sekali

Carilah sahabat yang setia dalam duka. Bukan dalam suka, karena hidupmu sentiasa berputar-putar antara suka dan duka.

Dan semoga kamu tidak menemukan sahabat di kala suka karena di kala kamu senang sudah biasa banyak orang yang akan mendekat padamu, namun bila giliran kamu susah mereka pun bertepuk tangan.

Bila tak kautemukan sahabat-sahabat yang TAQWA, jauh lebih baik kamu hidup menyendiri daripada kamu harus bergaul dengan orang-orang jahat.

Percayalah, duduk sendirian untuk beribadah dengan tenang akan lebih menyenangkanmu daripada bersahabat
dengan kawan yang mesti kamu waspadai.

Selamatkanlah dirimu, jaga lidahmu baik- baik, tentu kamu akan bahagia walaupun kamu terpaksa hidup sendiri.

Tidak baik bersahabat dengan pengkhianat karana dia akan mencampakkan cinta setelah dicintai. Dia akan memungkiri jalinan cinta yang telah terbentuk dan akan menampakkan hal-hal yang menjadi rahasiamu.

Tak semua orang yang engkau cintai, akn mencintaimu. Dan terkadang sikap ramahmu dibalas dengan sikap tak sopan.

Berharaplah engkau mendapatkan sahabat sejati yang tak luntur baik dalam keadaan suka ataupun duka. Jika itu engkau dapatkan, berjanjilah dalam hatimu untuk selalu setia padanya.

Apabila engkau menginginkan kemuliaan maka carilah sahabat dari orang orang yang takut kepada Alloh Subhanahu Wata A ‘la

Hanya orang yang berjiwa mulia yang dapat menjaga nama baik dirinya dan selalu menghormati sahabatnya, baik ketika hidup maupun setelah mati.

Dan setelah kamu temukan, cintai sahabatmu itu dengan segenap jiwa ragamu, seakan-akan kamu mencintai sanak saudaramu. Sahabat yang baik adalah yang sering sejalan denganmu dan yang menjaga nama baikmu ketika kamu hidup ataupun setelah kamu mati

….

Tetapi diantaranya …

Teman yang tidak berguna saat petaka melanda, Ia hampir sama dengan musuh.

Seorang teman tak bisa diharapkan dalam setiap masa, demikian pula saudara, kecuali untuk hiburan

Aku mengenal banyak manusia karena aku terus mencari,  saudara dan teman yang terpercaya, hingga pencarianku membuatku lelah.

Semua negeri menghindariku, hingga seakan para penduduknya bukanlah kumpulan manusia

Sob, bersahabatlah dengan sahabat surga. Didekatnya kau makin bertakwa, disampingnya kau berburu surga��

*Akhuukum fillah, momod*

wag komunitas mau surga

Senin, 12 September 2016

Soundtrack Pagi ini..

"Selamat tinggal masa lalu aku kan melangkah.."

alunan nada jalanan pagi ini dibawakan oleh seorang pengamen berbaju orange berpostur tinggi.. bergitar dan bermain harmonika.. kereen... tak nampak seperti seorang pengamen pada umumnya..
feelingku sih bukan pengamen ya

yup inilah saatnya melangkah meninggalkan semuanya..

Kamis, 03 Maret 2016

The Power of positif thinking

Dari grup sebelah
================
Ini bukan cerpen...tapi cerpan (cerita panjang)... info kesehatan yg unik juga & baik dan perlu diketahui.
---------------------------------------

Kami sedang antri periksa kesehatan. Dokter yang kami kunjungi ini termasuk dokter sepuh –berusia sekitar tujuh puluhan- spesialis penyakit “Silakan duduk,” sambut dr.Paulus. Aku duduk di depan meja kerjanya, mengamati pria sepuh berkacamata ini yang sedang sibuk menulis identitasku di kartu pasien.

“Apa yang dirasakan, Mas?”

Aku pun bercerita tentang apa yang kualami sejak 2013 hingga saat ini. Mulai dari awal merasakan sakit maag, peristiwa-peristiwa kram perut, ambruk berkali-kali, gejala dan vonis tipes, pengalaman opnam dan endoskopi, derita GERD, hingga tentang radang duodenum dan praktek tata pola makan Food Combining yang kulakoni.

“Kalau kram perutnya sudah enggak pernah lagi, Pak,” ungkapku, “Tapi sensasi panas di dada ini masih kerasa, panik juga cemas, mules, mual. Kalau telat makan, maag saya kambuh. Apalagi setelah beberapa bulan tata pola makan saya amburadul lagi.”

“Tapi buat puasa kuat ya?”

“Kuat, Pak.”

“Orang kalau kuat puasa, harusnya nggak bisa kena maag!”

Aku terbengong, menunggu penjelasan.

“Asam lambung itu,” terang Pak Paulus, “Diaktifkan oleh instruksi otak kita. Kalau otak kita bisa mengendalikan persepsi, maka asam lambung itu akan nurut sendiri. Dan itu sudah bisa dilakukan oleh orang-orang puasa.”

“Maksudnya, Pak?”

“Orang puasa ‘kan malamnya wajib niat to?”

“Njih, Pak.”

“Nah, niat itulah yang kemudian menjadi kontrol otak atas asam lambung. Ketika situ sudah bertekad kuat besok mau puasa, besok nggak makan sejak subuh sampai maghrib, itu membuat otak menginstruksikan kepada fisik biar kuat, asam lambung pun terkendali. Ya kalau sensasi lapar memang ada, namanya juga puasa. Tapi asam lambung tidak akan naik, apalagi sampai parah. Itu syaratnya kalau situ memang malamnya sudah niat mantap. Kalau cuma di mulut bilang mau puasa tapi hatinya nggak mantap, ya tetap nggak kuat. Makanya niat itu jadi kewajiban, ‘kan?”

“Iya, ya, Pak,” aku manggut-manggut nyengir.

“Manusia itu, Mas, secara ilmiah memang punya tenaga cadangan hingga enam puluh hari. Maksudnya, kalau orang sehat itu bisa tetap bertahan hidup tanpa makan dalam keadaan sadar selama dua bulan. Misalnya puasa dan buka-sahurnya cuma minum sedikit. Itu kuat. Asalkan tekadnya juga kuat.”

Aku melongo lagi.

“Makanya, dahulu raja-raja Jawa itu sebelum jadi raja, mereka tirakat dulu. Misalnya puasa empat puluh hari. Bukanya cuma minum air kali. Itu jaman dulu ya, waktu kalinya masih bersih. Hahaha,” ia tertawa ringan, menambah rona wajahnya yang memang kelihatan masih segar meski keriput penanda usia.

Kemudian ia mengambil sejilid buku di rak sebelah kanan meja kerjanya. Ya, ruang praktek dokter dengan rak buku. Keren sekali. Aku lupa judul dan penulisnya. Ia langsung membuka satu halaman dan menunjukiku beberapa baris kalimat yang sudah distabilo hijau.

“Coba baca, Mas: ‘mengatakan adalah mengundang, memikirkan adalah mengundang, meyakini adalah mengundang’. Jadi kalau situ memikirkan; ‘ah, kalau telat makan nanti asam lambung saya naik’, apalagi berulang-ulang mengatakan dan meyakininya, ya situ berarti mengundang penyakit itu. Maka benar kata orang-orang itu bahwa perkataan bisa jadi doa. Nabi Musa itu, kalau kerasa sakit, langsung mensugesti diri; ah sembuh. Ya sembuh. Orang-orang debus itu nggak merasa sakit saat diiris-iris kan karena sudah bisa mengendalikan pikirannya. Einstein yang nemuin bom atom itu konon cuma lima persen pendayagunaan otaknya. Jadi potensi otak itu luar biasa,” papar Pak Paulus.

“Jadi kalau jadwal makan sembarangan berarti sebenarnya nggak apa-apa ya, Pak?”

“Nah, itu lain lagi. Makan harus tetap teratur, ajeg, konsisten. Itu agar menjaga aktivitas asam lambung juga. Misalnya situ makan tiga kali sehari, maka jarak antara sarapan dan makan siang buatla sama dengan jarak antara makan siang dan makan malam. Misalnya, sarapan jam enam pagi, makan siang jam dua belas siang, makan malam jam enam petang. Kalau siang, misalnya jam sebelas situ rasanya nggak sempat makan siang jam dua belas, ya niatkan saja puasa sampai sore. Jangan mengundur makan siang ke jam dua misalnya, ganti aja dengan minum air putih yang banyak. Dengan pola yang teratur, maka organ di dalam tubuh pun kerjanya teratur. Nah, pola teratur itu sudah bisa dilakukan oleh orang-orang yang puasa dengan waktu buka dan sahurnya.”

“Ooo, gitu ya Pak,” sahutku baru menyadari.

“Tapi ya itu tadi. Yang lebih penting adalah pikiran situ, yakin nggak apa-apa, yakin sembuh. Allah sudah menciptakan tubu kita untuk menyembuhkan diri sendiri, ada mekanismenya, ada enzim yang bekerja di dalam tubuh untuk penyembuhan diri. Dan itu bisa diaktifkan secara optimal kalau pikiran kita optimis. Kalau situ cemas, takut, kuatir, justru imunitas situ turun dan rentan sakit juga.”

Pak Paulus mengambil beberapa jilid buku lagi, tentang ‘enzim kebahagiaan’ endorphin, tentang enzim peremajaan, dan beberapa tema psiko-medis lain tulisan dokter-dokter Jepang dan Mesir.

“Situ juga berkali-kali divonis tipes ya?”

“Iya, Pak.”

“Itu salah kaprah.”

“Maksudnya?”

“Sekali orang kena bakteri thypoid penyebab tipes, maka antibodi terhadap bakteri itu bisa bertahan dua tahun. Sehingga selama dua tahun itu mestinya orang tersebut nggak kena tipes lagi. Bagi orang yang fisiknya kuat, bisa sampai lima tahun. Walaupun memang dalam tes widal hasilnya positif, tapi itu bukan tipes. Jadi selama ini banyak yang salah kaprah, setahun sampai tipes dua kali, apalagi sampai opnam. Itu biar rumah sakitnya penuh saja. Kemungkinan hanya demam biasa.”

“Haah?”

“Iya Mas. Kalaupun tipes, nggak perlu dirawat di rumah sakit sebenarnya. Asalkan dia masih bisa minum, cukup istirahat di rumah dan minum obat tipes. Sembuh sudah. Dulu, pernah di RS Sardjito, saya anjurkan agar belasan pasien tipes yang nggak mampu, nggak punya asuransi, rawat jalan saja. Yang penting tetep konsumsi obat dari saya, minum yang banyak, dan tiap hari harus cek ke rumah sakit, biayanya gratis. Mereka nurut. Itu dalam waktu maksimal empat hari sudah pada sembuh. Sedangkan pasien yang dirawat inap, minimal baru bisa pulang setelah satu minggu, itupun masih lemas.”

“Tapi ‘kan pasien harus bedrest, Pak?”

“Ya ‘kan bisa di rumah.”

“Tapi kalau nggak pakai infus ‘kan lemes terus Pak?”

“Nah situ nggak yakin sih. Saya yakinkan pasien bahwa mereka bisa sembuh. Asalkan mau nurut dan berusaha seperti yang saya sarankan itu. Lagi-lagi saya bilang, kekuatan keyakinan itu luar biasa lho, Mas.”

Dahiku berkernyit. Menunggu lanjutan cerita.

“Dulu,” lanjut Pak Paulus, “Ada seorang wanita kena kanker payudara. Sebelah kanannya diangkat, dioperasi di Sardjito.
Nggak lama, ternyata payudara kirinya kena juga. Karena nggak segera lapor dan dapat penanganan, kankernya merembet ke paru-paru dan jantung. Medis di Sardjito angkat tangan.

Dia divonis punya harapan hidup maksimal hanya empat bulan.”

“Lalu, Pak?” tanyaku antusias.

“Lalu dia kesini ketemu saya. Bukan minta obat atau apa.
Dia cuma nanya; ‘Pak Paulus, saya sudah divonis maksimal empat bulan.

Kira-kira bisa nggak kalau diundur jadi enam bulan?’

Saya heran saat itu, saya tanya kenapa.

Dia bilang bahwa enam bulan lagi anak bungsunya mau nikah, jadi pengen ‘menangi’ momen itu.”

“Waah.. Lalu, Pak?”

“Ya saya jelaskan apa adanya. Bahwa vonis medis itu nggak seratus persen, walaupun prosentasenya sampai sembilan puluh sembilan persen,
tetap masih ada satu persen berupa kepasrahan kepada Tuhan yang bisa mengalahkan vonis medis sekalipun.
Maka saya bilang; sudah Bu, situ nggak usah mikir bakal mati empat bulan lagi.
Justru situ harus siap mental, bahwa hari ini atau besok situ siap mati.
Kapanpun mati, siap!
Begitu, situ pasrah kepada Tuhan, siap menghadap Tuhan kapanpun. Tapi harus tetap berusaha bertahan hidup.”

Aku tambah melongo. Tak menyangka ada nasehat macam itu.
Kukira ia akan memotivasi si ibu agar semangat untuk sembuh, malah disuruh siap mati kapanpun.
O iya, mules mual dan berbagai sensasi ketidaknyamanansudah tak kurasakan lagi.

“Dia mau nurut. Untuk menyiapkan mental siap mati kapanpun itu dia butuh waktu satu bulan.
Dia bilang sudah mantap, pasrah kepada Tuhan bahwa dia siap.
Dia nggak lagi mengkhawatirkan penyakit itu, sudah sangat enjoy.
Nah, saat itu saya cuma kasih satu macam obat. Itupun hanya obat anti mual biar dia tetap bisa makan dan punya energi untuk melawan kankernya.

Setelah hampir empat bulan, dia check-up lagi ke Sardjito dan di sana dokter yang meriksa geleng-geleng. Kankernya sudah berangsur-angsur hilang!”

“Orangnya masih hidup, Pak?”

“Masih. Dan itu kejadian empat belas tahun lalu.”

“Wah, wah, wah..”

“Kejadian itu juga yang menjadikan saya yakin ketika operasi jantung dulu.”

“Lhoh, njenengan pernah Pak?”

“Iya.
Dulu saya operasi bedah jantung di Jakarta. Pembuluhnya sudah rusak. Saya ditawari pasang ring.

Saya nggak mau. Akhirnya diambillah pembuluh dari kaki untuk dipasang di jantung.

Saat itu saya yakin betul sembuh cepat. Maka dalam waktu empat hari pasca operasi, saya sudah balik ke Jogja, bahkan dari bandara ke sini saya nyetir sendiri.
Padahal umumnya minimal dua minggu baru bisa pulang.
Orang yang masuk operasi yang sama bareng saya baru bisa pulang setelah dua bulan.”

Pak Paulus mengisahkan pengalamannya ini dengan mata berbinar. Semangatnya meluap-luap hingga menular ke pasiennya ini. Jujur saja, penjelasan yang ia paparkan meningkatkan harapan sembuhku dengan begitu drastis.

Persis ketika dua tahun lalu pada saat ngobrol dengan Bu Anung tentang pola makan dan kesehatan. Semangat menjadi kembali segar!

“Tapi ya nggak cuma pasrah terus nggak mau usaha.
Saya juga punya kenalan dokter,” lanjutnya,
“Dulu tugas di Bethesda, aslinya Jakarta, lalu pindah mukim di Tennessee, Amerika.

Di sana dia kena kanker stadium empat. Setelah divonis mati dua bulan lagi, dia akhirnya pasrah dan pasang mental siap mati kapanpun.

Hingga suatu hari dia jalan-jalan ke perpustakaan, dia baca-baca buku tentang Afrika.
Lalu muncul rasa penasaran, kira-kira gimana kasus kanker di Afrika.
Dia cari-cari referensi tentang itu, nggak ketemu. Akhirnya dia hubungi kawannya, seorang dokter di Afrika Tengah.

Kawannya itu nggak bisa jawab.
Lalu dihubungkan langsung ke kementerian kesehatan sana. Dari kementerian, dia dapat jawaban mengherankan, bahwa di sana nggak ada kasus kanker.
Nah dia pun kaget, tambah penasaran.”

Pak Paulus jeda sejenak. Aku masih menatapnya penuh penasaran juga, “Lanjut, Pak,” benakku.

“Beberapa hari kemudian dia berangkat ke Afrika Tengah.
Di sana dia meneliti kebiasaan hidup orang-orang pribumi. Apa yang dia temukan?
Orang-orang di sana makannya sangat sehat.
Yaitu sayur-sayuran mentah, dilalap, nggak dimasak kayak kita.

Sepiring porsi makan itu tiga perempatnya sayuran, sisanya yang seperempat untuk menu karbohidrat. Selain itu, sayur yang dimakan ditanam dengan media yang organik. Pupuknya organik pake kotoran hewan dan sisa-sisa tumbuhan.

Jadi ya betul-betul sehat.
Nggak kayak kita, sudah pupuknya pakai yang berbahaya, eh pakai dimasak pula. Serba salah kita.

Bahkan beras merah dan hitam yang sehat-sehat itu, kita nggak mau makan.
Malah kita jadikan pakan burung, ya jadinya burung itu yang sehat, kitanya sakit-sakitan.”

Keterangan ini mengingatkanku pada obrolan dengan Bu Anung tentang sayur mayur, menu makanan serasi, hingga beras sehat. Pas sekali.

“Nah dia yang awalnya hanya ingin tahu, akhirnya ikut-ikutan.

Dia tinggal di sana selama tiga mingguan dan menalani pola makan seperti orang-orang Afrika itu.”

“Hasilnya, Pak?”

“Setelah tiga minggu, dia kembali ke Tennessee.

Dia mulai menanam sayur mayur di lahan sempit dengan cara alami.
Lalu beberapa bulan kemudian dia check-up medis lagi untuk periksa kankernya,”

“Sembuh, Pak?”

“Ya! Pemeriksaan menunjukkan kankernya hilang.
Kondisi fisiknya berangsur-angsur membaik. Ini buki bahwa keyakinan yang kuat, kepasrahan kepada Tuhan, itu energi yang luar biasa.

Apalagi ditambah dengan usaha yang logis dan sesuai dengan fitrah tubuh.

Makanya situ nggak usah cemas, nggak usah takut..”

Takjub, tentu saja.

Pada momen ini Pak Paulus menghujaniku dengan pengalaman-pengalamannya di dunia kedokteran, tentang kisah-kisah para pasien yang punya optimisme dan pasien yang pesimis.

Aku jadi teringat kisah serupa yang menimpa alumni Madrasah Huffadh Al-Munawwir, pesantren tempatku belajar saat ini.

Singkatnya, santri ini mengidap tumor ganas yang bisa berpindah-pindah benjolannya.

Ia divonis dokter hanya mampu bertahan hidup dua bulan. Terkejut atas vonis ini, ia misuh-misuh di depan dokter saat itu.
Namun pada akhirnya ia mampu menerima kenyataan itu.

Ia pun bertekad menyongsong maut dengan percaya diri dan ibadah. Ia sowan ke Romo Kiai, menyampaikan maksudnya itu.

Kemudian oleh Romo Kiai, santri ini diijazahi (diberi rekomendasi amalan)
Riyadhoh Qur’an, yakni amalan membaca Al-Quran tanpa henti selama empat puluh hari penuh, kecuali untuk memenuhi hajat dan kewajiban primer.

Riyadhoh pun dimulai.
Ia lalu hari-hari dengan membaca Al-Quran tanpa henti.

Persis di pojokan aula Madrasah Huffadh yang sekarang. Karena merasa begitu dingin, ia jadikan karpet sebagai selimut.

Hari ke tiga puluh, ia sering muntah-muntah, keringatnya pun sudah begitu bau.

Bacin, mirip bangkai tikus, kenang narasumber yang menceritakan kisah ini padaku. Hari ke tiga puluh lima, tubuhnya sudah nampak lebih segar, dan ajaibnya; benjolan tumornya sudah hilang.

Selepas rampung riyadhoh empat puluh hari itu, dia kembali periksa ke rumah sakit di mana ia divonis mati.

Pihak rumah sakit pun heran.
Penyakit pemuda itu sudah hilang, bersih, dan menunjukkan kondisi vital yang sangat sehat!

Aku pribadi sangat percaya bahwa gelombang yang diciptakan oleh ritual ibadah bisa mewujudkan energi positif bagi fisik.

Khususnya energi penyembuhan bagi mereka yang sakit.

Memang tidak mudah untuk sampai ke frekuensi itu, namun harus sering dilatih. Hal ini diiyakan oleh Pak Paulus.

“Untuk melatih pikiran biar bisa tenang itu cukup dengan pernapasan.

Situ tarik napas lewat hidung dalam-dalam selama lima detik, kemudian tahan selama tiga detik. Lalu hembuskan lewat mulut sampai tuntas. Lakukan tujuh kali setiap sebelum Shubuh dan sebelum Maghrib.

Itu sangat efektif. Kalau orang pencak, ditahannya bisa sampai tuuh detik.
Tapi kalau untuk kesehatan ya cukup tiga detik saja.”

Nah, anjuran yang ini sudah kupraktekkan sejak lama. Meskipun dengan tata laksana yang sedikit berbeda.

Terutama untuk mengatasi insomnia. Memang ampuh. Yakni metode empat-tujuh-delapan.

Ketika merasa susah tidur alias insomnia, itu pengaruh pikiran yang masih terganggu berbagai hal.

Maka pikiran perlu ditenangkan, yakni dengan pernapasan.
Tak perlu obat, bius, atau sejenisnya, murah meriah.

Pertama, tarik napas lewat hidung sampai detik ke empat, lalu tahan sampai detik ke tujuh, lalu hembuskan lewat mulut pada detik ke delapan. Ulangi sebanyak empat sampai lima kali.

Memang iya mata kita tidak langsung terpejam ngantuk, tapi pikiran menadi rileks dan beberapa menit kemudian tanpa terasa kita sudah terlelap.
Awalnya aku juga agak ragu, tapi begitu kucoba, ternyata memang ampuh. Bahkan bagi yang mengalami insomnia sebab rindu akut sekalipun.

“Gelombang yang dikeluarkan oleh otak itu punya energi sendiri, dan itu bergantung dari seberapa yakin tekad kita dan seberapa kuat konsentrasi kita,” terangnya,

“Jadi kalau situ sholat dua menit saja dengan khusyuk, itu sinyalnya lebih bagus ketimbang situ sholat sejam tapi pikiran situ kemana-mana, hehehe.”

Duh, terang saja aku tersindir di kalimat ini.

“Termasuk dalam hal ini adalah keampuhan sholat malam.

Sholat tahajud. Itu ketika kamu baru bangun di akhir malam, gelombang otak itu pada frekuensi Alpha. Jauh lebih kuat daripada gelombang Beta yang teradi pada waktu Isya atau Shubuh.
Jadi ya logis saja kalau doa di saat tahajud itu begitu cepat ‘naik’ dan terkabul. Apa yang diminta, itulah yang diundang.
Ketika tekad situ begitu kuat, ditambah lagi gelombang otak yang lagi kuat-kuatnya, maka sangat besar potensi terwujud doa-doa situ.”

Tak kusangka Pak Paulus bakal menyinggung perihal sholat segala.
Aku pun ternganga. Ia menunjukkan sampul buku tentang ‘enzim panjang umur’.

“Tubuh kita ini, Mas, diberi kemampuan oleh Allah unuk meregenerasi sel-sel yang rusak dengan bantuan enzim tertentu, populer disebut dengan enzim panjang umur.
Secara berkala sel-sel baru terbentuk, dan yang lama dibuang.
Ketika pikiran kita positif untuk sembuh, maka yang dibuang pun sel-sel yang terkena penyakit.
Menurut penelitian, enzim ini bisa bekerja dengan baik bagi mereka yang sering merasakan lapar dalam tiga sampai empat hari sekali.”

Pak Paulus menatapku, seakan mengharapkan agar aku menyimpulkan sendiri.

“Puasa?”

“Ya!”

“Senin-Kamis?”

“Tepat sekali! Ketika puasa itu regenerasi sel berlangsung dengan optimal.

Makanya orang puasa sebulan itu juga harusnya bisa jadi detoksifikasi yang ampuh terhadap berbagai penyakit.”

Lagi-lagi, aku manggut-manggut.

Tak asing dengan teori ini.

“Pokoknya situ harus merangsang tubuh agar bisa menyembuhkan diri sendiri.

Jangan ketergantungan dengan obat. Suplemen yang nggak perlu-perlu amat, nggak usahlah.
Minum yang banyak, sehari dua liter, bisa lebih kalau situ banyak berkeringat, ya tergantung kebutuhan.

Tertawalah yang lepas, bergembira, nonton film lucu tiap hari juga bisa merangsang produksi endorphin, hormon kebahagiaan. Itu akan sangat mempercepat kesembuhan.

Penyakit apapun itu!
Situ punya radang usus kalau cemas dan khawatir terus ya susah sembuhnya.

Termasuk asam lambung yang sering kerasa panas di dada itu.”

Terus kusimak baik-baik anjurannya sambil mengelus perut yang tak lagi terasa begah. Aneh.

“Tentu saja seperti yang saya sarankan, situ harus teratur makan, biar asam lambung bisa teratur juga.

Bangun tidur minum air hangat dua gelas sebelum diasupi yang lain.

Ini saya kasih vitamin saja buat situ, sehari minum satu saja. Tapi ingat, yang paling utama adalah kemantapan hati, yakin, bahwa situ nggak apa-apa. Sembuh!”

Begitulah. Perkiraanku yang tadinya bakal disanguni berbagai macam jenis obat pun keliru.

Hanya dua puluh rangkai kaplet vitamin biasa, Obivit, suplemen makanan yang tak ada kaitannya dengan asam lambung apalagi GERD.

Hampir satu jam kami ngobrol di ruang praktek itu, tentu saja ini pengalaman yang tak biasa. Seperti konsultasi dokter pribadi saja rasanya.

Padahal saat keluar, kulihat masih ada dua pasien lagi yang kelihatannya sudah begitu jengah menunggu.

“Yang penting pikiran situ dikendalikan, tenang dan berbahagia saja ya,” ucap Pak Paulus sambil menyalamiku ketika hendak pamit.

Dan jujur saja, aku pulang dalam keadaan bugar, sama sekali tak merasa mual, mules, dan saudara-saudaranya.

Terima kasih Pak Paulus. []

Kadipiro Yogyakarta, 17 Februari 2016

Minggu, 14 Februari 2016

kajian ODOJ

��Notulensi Kajian Online AIHQ Premium��
��������������������������?����

Hari, Tanggal : Sabtu, 13 Februari 2016
Waktu              : 20.00 WIB s.d. 22.00 WIB
Tempat           : Grup AIHQ A30
Tema               : "MY BELOVED ALLAH SWT"
Muwajjih    : Ustadzah Nur'aini
Moderator    : Sera
Notula           : Yunita
Presensi        : Pukul 18.30 sd 19.29 Wib

������������������
��MY BELOVED ALLAH SWT��
(Ma'rifatullah / Mengenal Allah Swt)

Majelis AIHQ Premium yang dirahmati Allah swt..

Ketika kita membicarakan makrifatullah, maknanya kita berbicara tentang Rabb, Malik, dan Ilah kita. Rabb yang kita pahami dari istilah Al-Qur’an adalah sebagai Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa. Kata Ilah mengandung arti yang dicintai, yang ditakuti, dan juga sebagai sumber pengharapan.
Makna seperti ini ada di dalam surat An-Naas (114): 1-3.

Dengan demikian jelaslah bahwa usaha kita untuk lebih jauh memahami dan mengenal Allah adalah bagian terpenting didalam hidup ini. Setelah makrifah kepada Allah, akan membawa kita kepada makrifah kepada Nabi dan Rasul, makrifah kepada alam nyata dan alam ghaib dan makrifah kepada alam akhirat.

Keyakinan terhadap Allah swt. menjadi mantap apabila kita mempunyai dalil-dalil dan bukti yang jelas tentang kewujudan (eksistensi) Allah lantas melahirkan pengesaan dalam mentauhidkan Allah secara mutlak. Pengabdian diri kita hanya semata-mata kepada Allah saja. Ini memberi arti kita menolak dan berusaha menghindarkan diri dari bahaya-bahaya disebabkan oleh syirik kepadaNya.  Kita harus berusaha menempatkan kehidupan kita di bawah bayangan tauhid dengan cara kita memahami ruang perbahasan dalam tauhid dengan benar tanpa penyelewengan sesuai dengan manhaj salafush shalih. Kita juga harus memahami empat bentuk tauhidullah yang menjadi misi ajaran Islam di dalam Al-Qur’an maupun sunnah, yaitu tauhid asma wa sifat, tauhid rububiah, tauhid mulkiyah, dan tauhid uluhiyah.

Dengan pemahaman ini kita akan termotivasi untuk melaksanakan sikap-sikap yang menjadi tuntutan utama dari setiap empat tauhid tersebut.

��
Majelis yang berbahagia..

Apabila kita betul-betul mengenal Allah, mentadaburi dalil-dalil yang dalam, hubungan kita dengan Allah menjadi lebih akrab. Apabila kita dekat dengan Allah, Allah lebih dekat lagi kepada kita.

Setiap ayat Allah baik ayat qauliyah maupun kauniyah tetap akan menjadi bahan berpikir kepada kita dan penambah keimanan serta ketakwaan. Dari sini akan menghasilkan pribadi muslim yang merdeka, tenang, penuh keberkatan, dan kehidupan yang baik. Tentunya tempat abadi baginya adalah surga yang telah dijanjikan oleh Allah kepada hamba-hamba yang telah diridhaiNya.

1⃣Kemerdekaan [QS. Al-An’am (6): 82]
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan; dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.

2⃣Ketenangan [QS. Al-Ra’du (13): 28]
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

3⃣Barakah [QS. Al-A’raf (7): 96]
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

4⃣Kehidupan Yang Baik [QS. Al-Nahl (16): 97]
Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

5⃣ Surga [QS. Yunus (10): 25-26]
Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam). Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.

6⃣ Mardhotillah [QS. Al-Bayinah (98): 8]
Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya..

��
��Terdapat beberapa jalan dalam mengenal Allah swt... diantaranya:

1⃣Ayat Qauliyah
Ayat-ayat qauliyah adalah ayat-ayat yang difirmankan oleh Allah swt. di dalam Al-Qur’an. Ayat-ayat ini menyentuh berbagai aspek, termasuk tentang cara mengenal Allah.

��
QS. At-Tin (95): 1-5
"Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, dan demi bukit Sinai, dan demi kota (Mekah) ini yang aman; sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)".

2⃣Ayat Kauniyah
Ayat kauniah adalah ayat atau tanda yang wujud di sekeliling yang diciptakan oleh Allah. Ayat-ayat ini adalah dalam bentuk benda, kejadian, peristiwa dan sebagainya yang ada di dalam alam ini. Oleh karena alam ini hanya mampu dilaksanakan oleh Allah dengan segala sistem dan peraturanNya yang unik, maka ia menjadi tanda kehebatan dan keagungan Penciptanya.

��QS. Nuh (41): 53
"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?".

3⃣Metode Islam Dengan Naqli dan Akal
Islam menghargai nilai akal yang dimiliki manusia. Karena dengan sarana akal ini, manusia mampu berpikir dan memilih antara yang benar atau salah. Walau begitu, dengan akal semata-mata tanpa panduan dari Pencipta akal, pencapai pemikiran manusia cukup terbatas. Apa lagi jika dicampurkan dengan unsur (anasir) hawa nafsu dan zhan (prasangka). Gabungan antara kemampuan akal dan panduan dari Penciptanya akan menghasilkan pengenalan yang tepat dan mantap terhadap Allah swt. Maka, menjadi satu kesalahan besar apabila manusia tidak menggunakan akalnya untuk berpikir.

��
QS. Yunus (10): 100-101)
"Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya. Katakanlah, “Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.”

��
Q.S. Ath-Thalaaq (65): 10
"Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, maka bertakwalah kepada Allah, hai orang-orang yang mempunyai akal; (yaitu) orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah telah menurunkan peringatan kepadamu".

��
Q.S. Al-Mulk (67): 10
"Dan mereka berkata, “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.”

4⃣Tasdiq (membenarkan)
Hasil dari berpikir dan meneliti secara terus menurut pedoman-pedoman yang sewajarnya, akan mencetuskan rasa kebenaran, kehebatan dan keagungan Allah.

��
Firman Allah di An-Najm (53): 11 yang berbunyi, “Tiadalah hatinya mendustakan (mengingkari) apa-apa yang dilihatnya). Hati mula membenarkan dan akur kepada kebijaksanaan Tuhan.”

��
Q.S. Ali Imran (3): 191
Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka".

��
Q.S. Qaf (50): 37
"Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya".

������������������

Sesi tanya jawab

1⃣��yunita
izin bertanya ustadzah

Bagaimn cr mengenalkn Allah kpd anak2 kita...agar tumbuh rasa cinta kpd Allah..scr terkadang anak2 bertanya Allah itu siapa...rumahny dmn?kdg bingung mo jawab��krn anak2 kdg melihatnya kasat mata sj...klo djelaskn dgn ayat2 sptny msh blm ngerti...
Syukron ustadzah atas jawabannya

Setidaknya ada tiga hal yang perlu kita berikan kepada anak saat mereka mulai bisa kita ajak berbicara dan kaitannya dengan mengenalkan Allah pada mereka:

Pertama, memperkenalkan Allah kepada anak melalui sifat-Nya yang pertama kali dikenalkan, yakni Al-Khaliq (Maha Pencipta). Kita tunjukkan kepada anak-anak kita bahwa kemanapun kita menghadapkan wajah, di situ kita menemukan ciptaan Allah. Kita tumbuhkan kesadaran dan kepekaan pada mereka, bahwa segala sesuatu yang ada di sekelilingnya adalah ciptaan Allah.  Semoga dengan demikian, akan muncul kekaguman anak kepada Allah. Ia merasa kagum, sehingga tergerak untuk tunduk kepada-Nya.

Kedua, kita ajak anak untuk mengenali dirinya dan mensyukuri nikmat yang melekat pada anggota badannya. Dari sini kita ajak mereka menyadari bahwa Allah Yang Menciptakan semua itu. Perlahan-lahan kita rangsang mereka untuk menemukan amanah dibalik kesempurnaan penciptaan anggota badannya. 

Secara bertahap, kita ajarkan kepada anak proses penciptaan manusia. Tugas mengajarkan ini, kelak ketika anak sudah memasuki bangku sekolah, dapat diajarkan oleh orang tua bersama guru di sekolah. Selain merangsang kecerdasan mereka, tujuan paling pokok adalah menumbuhkan kesadaran --bukan hanya pengetahuan-- bahwa ia ciptaan Allah dan karena itu harus menggunakan hidupnya untuk Allah.

Ketiga, memberi sentuhan kepada anak tentang sifat kedua yang pertama kali diperkenalkan oleh Allah kepada kita, yakni Al Karim. Di dalam sifat ini berhimpun dua keagungan, yakni kemuliaan dan kepemurahan. Kita asah kepekaan anak untuk menangkap tanda-tanda kemuliaan dan sifat pemurah Allah dalam kehidupan mereka sehari-hari, sehingga tumbuh kecintaan dan pengharapan kepada Allah.

Sesungguhnya manusia cenderung mencintai mereka yang mencintai dirinya, cenderung menyukai yang berbuat baik kepada dirinya dan memuliakan mereka yang mulia.

Kelak, jika anak sudah tumbuh besar dan dapat menirukan apa yang kita ucapkan, Rasulullah saw memberikan contoh bagaimana mengajarkan untaian kalimat yang sangat berharga untuk keimanan anak di masa mendatang. Kepada Ibnu Abbas yang ketika itu masih kecil, Rasulullah saw berpesan:

"Wahai anakku, sesungguhnya aku akan mengajarkanmu beberapa kata ini sebagai nasihat buatmu. Jagalah hak-hak Allah, niscaya Allah pasti akan menjagamu. Jagalah dirimu dari berbuat dosa terhadap Allah, niscaya Allah akan berada di hadapanmu. Apabila engkau menginginkan sesuatu, mintalah kepada Allah. Dan apabila engkau menginginkan pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahwa apabila seluruh umat manusia berkumpul untuk memberi manfaat kepadamu, mereka tidak akan mampu melakukannya kecuali apa yang telah dituliskan oleh Allah di dalam takdirmu. Juga sebaliknya, apabila mereka berkumpul untuk mencelakai dirimu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakaimu sedikitpun kecuali atas kehendak Allah. Pena telah diangkat dan lembaran takdir telah kering." (HR. Tirmidzi)

2⃣ ����umme windye
ijin  bertanya ustadzah
Bagaimana cara mengkombain dan mengaplikasi Tauhid asma wa sifat,tauhid rububiah.tauhid mulkiyah dan tauhid uluhiyah..dlm kehidupan kita sehari..dan  bagaimana cara memfasilitasinya..

Terima kasih ustadzah������������

3⃣ bunda emi
����ijin bertanya ustadzah

Dalam kehidupan sehari hari terutama di kita di kota besar. Semua dihitung dengan untung rugi...pun dalam bekerjapun banyak yg tidak mencari keberkahan( padahal sdh di jamin dl Al qur'an, spt penjabaran di atas) sehingga keserakahan terlihat dimana2. Bagaimana kita mensikapinya agar tetap berada dalam keimanan dan ketaqwaan.

������������������

Demikian notulensi AIHQ A30
Mengetahui
Sekre  : Yunita
KK       : Umme Windye
Pj         : Mb septi
               Mba ita

Dunia Terbalik

Dunia terbalik?
Bismillah,
Indonesia mayoritas Islam.
Tapi, yang paling disudutkan Muslim.
.

lebih serem yang pake cadar, daripada yang pake rok mini.
.

lebih serem orang berjenggot, daripada yang tatoan.
.

pake baju tauhid ditangkep, pake baju PKI gapapa.
.

lebih curiga sama yang rajin ibadah di mesjid, daripada orang yang mabok-mabokan dan judi.
.

diduga teroris langsung tembak, bandar Narkoba internasional bisa di nego.
.

lebih mentolelir aliran sesat, daripada syariat.
.

Dunia sudah kebolak balik?

Yang Nyunnah – Radikal
Yang nyeleneh – toleran
.

Yang jilbab syar’i – Ekstrem
Yang ga pake jilbab – cantik
.

Yang muda sholat 5 waktu – Waspadai
Yang muda ga sholat – masih muda
.

Yang jenggotan rajin ke masjid – Teroris
Yang jenggotan rajin dugem – keren
.

Yang ke majelis ta’lim pekanan – Fanatik
Yang ke bioskop harian – gaul
.

Yang hapal qur’an 30 juz – Militan
Yang hapal banyak musik – hebat
.

Yang anaknya di jilbabin – Keterlaluan, melanggar HAM
Yang anaknya pake rok mini – imutnya
.

Yang pakai baju koko – Sok alim
Yang ga pake baju – jantan
.

Yang hariannya bicara islam – Sok ustadz
Yang hariannya ghibah – up to date
.

Media islam – Radikal
Media porno – kebutuhan
.

Buka Mata Hati Anda hai manusia!
ﺑَﺪَﺃَ ﺍﻟْﺈِﺳْﻠَﺎﻡُ ﻏَﺮِﻳﺒًﺎ ﻭَﺳَﻴَﻌُﻮﺩُ ﻛَﻤَﺎ ﺑَﺪَﺃَ ﻏَﺮِﻳﺒًﺎ ﻓَﻄُﻮﺑَﻰ ﻟِﻠْﻐُﺮَﺑَﺎﺀِ

#“Islam muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang terasingkan itu.” (HR. Muslim no. 208)
.

Sahabat bertanya siapa kah orang asing itu, Nabi menjawab: Mereka ialah orang-orang yang senantiasa melakukan kebaikan ditengah kerusakan. (HR. Ahmad)

Ibu Profesional

Game Level 1 : Komunikasi Produktif#2