Selasa, 25 Agustus 2015

Kisah Tauhid

MUTIARA HIKMAH:
"Di manakah Tuhan".    

Alkisah suatu saat, seorang kakek yang hadir dalam sebuah pengajian yang dipimpin oleh seorang ustadz muda, bertanya: "Anakku... Tadi anakku menyampaikan ceramah tentang aqidah, tentang Allah; boleh kakek bertanya, di manakah Allah itu?".

Sebuah pertanyaan yang membuat sang ustadz muda itu bingung.... sangat dalam sekali.
Saat itu pula ia teringat pesan gurunya, jika ada yang bertanya... dimana pertanyaan itu sifatnya bukan karena ingin tahu atau ingin sekedar menguji dan kita tidak tahu jawabannya maka berikanlah jawaban seperti ini: "Sesungguhnya orang yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya.." (mal mas-ul a'lamu minas saa-il).

Kakek itupun manggut2... sambil tertunduk beliau bertanya lagi...
"Anakku, coba ambilkan pelita itu (sebuah kaleng cat minyak yang berisi minyak tanah dan diberi api di sumbunya)...
Boleh kakek bertanya... Kapan pelita ini disebut pelita?".

Kembali sang Ustadz memberikan jawaban:
"Kakek.... saya tidak bisa menjawabnya... terangkanlah pada saya".

Sang kakek bukannya menjawab, malah memberikan pertanyaan baru lagi:
"Jika kakek tiup api di atas pelita ini... Kakek bertanya... Tahukah kamu anakku... Kemana perginya api itu?"

ALLAHU AKBAR!!! (Teriak bathin sang ustadz muda... selama ini ia tidak pernah berfikir tentang ke mana perginya api ketika ditiup dari pelita yang hidup. Oh iya ya... ke mana perginya api itu, bahkan tidak berbekas sama sekali.)
Kembali ia menjawab:
"Saya tidak tahu Kek... Berikan ilmu pada saya".

Kakek itu kembali tidak menjawabnya...
Beliau justru menanyakan nama si ustadz muda tersebut ...
"Nak, namamu siapa?"
Ustadz muda itu menjawab: "Abdullah..."
Kakek itu pun manggut-manggut lagi.
Sang ustadz makin bertambah heran dengan kakek ini.
"Boleh Kakek bertanya lagi... Di mana Abdullah itu..?"

Wah pertanyaan apa lagi ini pikirnya, untuk yang satu ini.. Ustadz itu menjawab "Di depan kakek... Inilah Abdullah".

Si kakek tua itu hanya geleng2 kepala dan merenung sejenak...
Sang ustadz pun terbawa suasana merenung seperti kakek ini dan tiba-tiba sang kakek menepuk bahu ustadz muda sambil memanggil namanya "Abdullah…….!".

Dengan spontan ustadz itu menjawab: "Saya, Kek!".
Kakek itu tersenyum kemudian mengatakan:
"Anakku... Barusan Kakek merasakan adanya Abdullah... karena bagimu Abdullah itu tidak ada...
jika kau pegang tanganmu, itu tangan Abdullah...
jika kau pegang keningmu, itu kening Abdullah...
jika kau pegang kepalamu, itu kepala Abdullah...
jika kau pegang tangan dan kakimu, itu adalah tangan dan kaki Abdullah.... lalu….. DI MANAKAH ABDULLAH ITU???

Abdullah itu ada... saat begitu banyak orang merasakan banyaknya manfaat kehadiran dirimu... sehingga banyak orang menyebut namamu anakku..."

"Demikianlah perumpamaan Allah SWT.
Sesungguhnyaّ Allah itu sudah ada sebelum apapun ada di alam raya ini. Allah sudah ada bahkan jika pun alam raya ini tidak diciptakan olehNYA.
Tapi Allah itu tidak ada "bagimu"... jika kamu tidak pernah mengerti tentangNYA.
Kau sebut langit itu adalah langit ciptaan Allah ..
Kau sebut api itu adalah api ciptaan Allah..... 
Kau sebut air itu adalah air ciptaan Allah ... 
Lalu di manakah..? Di manakah Allah?

Anakku... Allah itu ada bagimu bila kau selalu menyebut namaNYA...
Kau dzikirkan di setiap hembusan nafasmu... Maka kamu akan merasakan Allah selalu ada bersamamu... Maka Allah itu ada bagimu.. Karena ada dan tidak adanya dirimu, Allah  itu tetap ada..!!", demikian si Kakek menjawab panjang.

SUBHANALLAH.... sebuah ilmu yang tidak mungkin ia dapatkan di bangku kuliah... ALLAHU AKBAR! ALLAHU AKBAR! WALILLAHILHAMD... gumam sang ustadz.
Sebelum perpisahan dengan kakek itu, ia masih penasaran dengan perumpamaan pelita yang ditanyakan tadi.
Maaf Kek... Lantas... Apa maksud Kakek dengan pelita tadi??

Sang kakek pun lanjut menjelaskan:
"Pelita itu tidak bisa kamu sebut pelita tanpa ada apinya...
Ketika pelita itu tidak ada apinya... dia hanya bisa disebut kaleng cat minyak yang berisi minyak tanah dan bersumbu, itu saja...
Pelita itu baru bisa kau sebut pelita, apabila kau berikan api di sumbunya...
Ini bermakna demikianlah manusia...
Ketika ruhnya tidak ada, maka dia ibarat hanya bangkai yang berjalan...
Sehingga yang perlu kau hidupkan setiap hari adalah ruhnya...
Sehingga dia bisa menerangi dan memberikan manfaat bagi sekitarnya".

ALLAHU AKBAR!!! Teriak bathin si ustadz muda.
Kembali sebuah nasehat yang luar biasa, dan sebelum ia cium tangannya... Sang kakek ini membisikkan ke telinga:
"Anakku... Ingatlah saat api di atas pelita itu ditiup...
Api menghilang, tak berbekas dan kau tidak bisa melihatnya lagi...
Bahkan bentuk, rasa, sudah tidak bisa kau lihat...
Bahkan kau tanyakan seribu kali kemana perginya api itu pun kau tidak akan bisa menjawabnya...
Demikianlah dgn "ruh" anakku...
Saat dia pergi dari jasadmu dia tidak akan membentuk apapun bagimu...
Dia seakan-akan raib sebagaimana DZAT yang menciptakannya... DIA-lah Allah SWT.
Maka rawat dengan benar ruh yang ada dalam jasadmu..... Wassalamu'alaikum". Salam sang Kakek kepada ustadz itu.

"Wa'alaikumussalaam" jawab si ustadz sembari menitikkan air mata.

1 komentar:

Ibu Profesional

Game Level 1 : Komunikasi Produktif#2